Hay! Apakah yang
terlintas di pikiranmu saat mendengar kata inklusi? Tentang sekolah? SLB? Anak
dengan disabilitas? Sekolah yang mahal? Untuk menambah wawasan teman-teman
tentang inklusi berikut akan aku share pengalamanku selama terlibat dalam
berbagai kegiatan inklusi kurang lebih selama 8 bulan terakhir ini.
Pengalamanku akan aku jabarkan dalam beberapa point-point berikut agar gambaran
yang didapatkan lebih jelas. Point-point ini menjelaskan tentang apa saja
inspirasi, harapan, pengalaman, dan keunikan-keunikan yang aku temui selama
ini. Ok Check this out!
sumber gambar : utakatikotak.com
1.
Kelas-kelas yang HIDUP dan BAHAGIA
Di sekolah inklusi yang aku temui
kelas-kelas bukan hanya tempat untuk menerima dan menampung ilmu pengetahuan
yang diberikan guru. Kelas-kelas di sana adalah sebuah media untuk menampilkan
berbagai ekspresi anak-anak. Berbagai karya anak-anak dipajang di tembok-tembok
dan disusun sedemikian rupa sehingga ruangan terasa nyaman dan membangkitkan
semangat akan kesenangan belajar. Penuh warna, gambar-gambar anak-anak yang
sangat natural. Kelas-kelas tersebut harapannya mampu menjadi salah satu cara
bagaimana pendidikan bisa membimbing anak dengan kebahagiaan menuju karakter
dan potensinya sendiri-sendiri. Bukan kelas yang terkesan formal, kaku,
disiplin yang dipaksakan, penuh hukuman, dan persaingan siswa satu sama lain.
Kelas di sana adalah kelas yang menjadi ruang ekspresi, menyenangkan, saling
menghargai kemampuan satu sama lain, demokratis, menumbuhkan kebahagiaan dan
semangat untuk hidup yang lebih cerah.
sumber gambar: 123rf.com
2.
Anak-anak adalah SESEORANG bukan
SEKELOMPOK
Saat aku pertama kali masuk ke kelas di
sekolah inklusi ini, pikiranku terseret dalam pengalaman masa laluku. Saat aku
sd sekelasku ada 40an anak dengan satu guru saja. Luar biasa banget donk.
Untungnya aku anak yang saat itu cukup encer otaknya jadi gak diperhatikan guru
pun gak masalah. Sementara teman-temanku yang kesulitan dalam memahami
pelajaran semakin ketinggalan pelajaran karena ya gimana yaa.. sangat sulit
sekali membagi perhatian 1 orang untuk 40 anak-anak yang super unik. Di
kelas-kelas sekolah inklusi yang aku temui, setiap kelas selalu memiliki
minimal 2 orang guru dengan jumlah murid maksimal 20 atau 22 anak. Ya beda
banget kan? Jadi di sekolah inklusi ini para guru bisa memiliki waktu,
perhatian dan tenaga yang lebih untuk memperhatikan perkembangan tiap-tiap anak
dan membantu anak-anak berkembang sesuai tahap kemampuannya. Harapannya, jika
anak-anak terperhatikan secara individu, tidak ada lagi pola pikir yang menyeragamkan
kemampuan semua anak. Pada kenyataannya memang kemampuan anak-anak berbeda satu
sama lain dan membutuhkan metode pengajaran yang berbeda pula. Atau paling
tidak perhatian yang cukup untuk tiap-tiap anak.
sumber gambar: advancementcourses.com
3.
Pengajar yang KREATIF dan MENGHARGAI
ANAK
Bagaimana agar anak tertarik dengan
kegiatan belajar dan juga memahami materi yang disampaikan? Memang semua
membutuhkan effort, usaha yang disertai ketulusan. Di kelas-kelas inklusi yang
aku temui guru bukan hanya seseorang yang membacakan materi atau menilai
kebenaran dan kesalahan anak-anak. Guru di sini juga bertindak sebagai seorang
entertainer. Kenapa entertainer? Ya karena guru berusaha dengan berbagai cara
agar mereka menjadi pusat perhatian dan mampu membuat anak senang akan belajar.
Guru memberikan pengalaman yang menyenangkan bahkan menghibur. Sehingga sekolah
bisa menjadi sebuah desain pusat kegembiraan, bukan menjadi tempat munculnya
kenangan-kenangan buruk karena gagal atau malu. Agar suasana seperti itu bisa
terwujud membutuhkan tidak hanya KeKREATIFan, tapi juga bagaimana guru
menghargai anak. Di kelas-kelas inklusi ini lah aku menemukan guru-guru yang
menghargai anak. Contohnya saat anak lelah bisa diberikan kesempatan untuk
break minum atau ke toilet. Guru juga memberi kesempatan anak untuk selalu
menyampaikan pendapatnya (menghargai kemampuan berpikir anak).
Peraturan-peraturan yang ada di kelas pun semua berdasar kesepakatan dengan
anak. Mengajar tidak hanya tentang membacakan atau membicarakan materi tetapi
tentang bagaimana membuat anak-anak memahaminya. Hal itu bisa tercapai jika
guru dan murid membentuk komunikasi dua arah.
sumber gambar: thinkinclusive.us
4.
Tidak hanya MENGUMPULKAN anak
dengan disabilitas dengan yang lain, tapi juga MENERIMA dan MEMBANTUNYA
Sekolah inklusi identik dengan dijadikan
satunya antara anak dengan disabilitas dengan anak lain “tanpa disabilitas”
untuk tidak menyebutnya dengan kata normal. Di sekolah-sekolah inklusi
sebenarnya bukan hanya perkara menyatukan yang disabilitas dan non disabilitas
(abk dan non abk). Namun, berbagai suku, agama, ras, kepercayaan, gaya hidup,
ekonomi, daerah semuanya dibaurkan. Saat kita mengumpulkan banyak perbedaan
tentunya tidak hanya semata mengumpulkan dan membiarkan semua terjadi secara
“terserah”. Namun, saat kita berani mengumpulkan banyak perbedaan kita juga harus
mampu dan mau MENERIMA nya. Dengan menerima maka baru lah kita bisa MEMBANTU.
Berkumpulnya banyak individu dengan beragam perbedaan, saya kira bukanlah
semata definisi atau pun goal dari inklusi. Namun, bagaimana kemudian sekolah
ini mampu mengakomodir berbagai kebutuhan individu yang berbeda-beda. Ada yang
kurang percaya diri butuh ditingkatkan kepercayaan dirinya, ada yang pendiam,
ada yang terlalu aktif, ada yang “terlalu pintar”, ada yang kurang pintar, ada
yang satu dan ada banyak yang lainnya. Nah, harapannya guru-guru dan tentu
sistem di sekolah inklusi mampu menyediakan beragam cara, metode, dan model
untuk memenuhi kebutuhan yang sangat luar biasa beragam ini. Sehingga satu sama
lain akan saling menghargai dan terpenuhi betul haknya akan pendidikan.
sumber: naukrinama.com
5.
Menerima, menghargai, dan
MERAYAKAN PERBEDAAN
Indonesia ini, sudah pasti, semuanya
tahu kan? Sangat beragam masyarakatnya. Jadi kalau ada orang yang sangat anti
terhadap perbedaan, aku jadi berpikir “sudah berapa lama sih dia hidup di
negara ini?” Saat ini banyak sekali orang yang sangat reaktif alias nyinyir
terhadap pihak yang berbeda dengannya. Satu agama, beda cara beribadah dan
berpakaian, ribut! Satu suku, beda pilihan politik, ribut! Satu daerah, beda
agama, ribut! Satu partai, beda tokoh panutan, ribut! Aih lucu deh pokoknya.
Nah harapannya, dengan sekolah inklusi yang membiasakan anak-anak nyaris setiap
hari hidup dengan beragam perbedaan, maka anak-anak ini akan tumbuh menjadi
generasi yang Indonesia banget alias generasi yang nggak kagok menghadapi
perbedaan, nggak alergi dengan orang yang beda pendapat, gaya, pemikiran
dengannya. Agar lebih melihat apa yang SAMA daripada apa yang BEDA. Agar
melihat apa yang bisa sama-sama kita KUMPULKAN daripada apa yang kita REBUTKAN.
Agar melihat apa yang bisa sama-sama kita BANTU daripada apa yang bisa kita
HAKIMI. Agar melihat apa yang bisa kita SYUKURI daripada apa yang kita
KELUHKAN.
Menyenangkan sekali menulis tentang
inklusi. Semoga nanti saya masih bisa share berbagai pengalaman lain tentang
serba-serbi inklusi ini yaa..
Semangat bersatu padu untuk Indonesia
Maju Indonesia Satu!
Saya belum tahu sebelumnya kalau ada 'sekolah inklusi'. Yang saya tahu ya SLB, atau pun sekolah umum biasa tapi ada beberapa kelas yang di dalamnya juga ada siswa spesial/inklusi.
BalasHapusSelamat pagi Bunga Lompat sekolah inklusi saat ini sudah mulai bertambah jumlahnya di indonesia ada sekolah negeri pelaksana sistem inklusi ada juga sekolah swasta. Di sekolah inklusi anak berkebutuhan khusus bisa belajar bersama dengan anak lain. :)
BalasHapusSekolah inklusi, jadi inget waktu tes microteaching di salah satu sekolah inklusi swasta di kota Bontang. Sayangnya masih belum terasa maksimal seperti pemaparan di atas, 1 guru masih menghandle lebih dari 20 siswa. Semoga sekolah inklusi di Indonesia terus berbenah dan berkembang supaya tidak ada 'gap' antar individu mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.
BalasHapus