Refleksi
Pelatihan Guru Merdeka Belajar
I
hope I Will Start to Change
1st
concept: “menetapkan tujuan belajar sesuai kebutuhan,
minat dan aspirasinya, bukan karena didikte pihak lain”
Saya
mengikuti pelatihan Guru Merdeka Belajar untuk pertama kalinya dan mendapat
sebuah pondasi yang lebih kuat tentang bagaimana cara saya memandang siswa.
Saya adalah seorang guru pendamping khusus, utamanya belakangan ini yang
menjadi perhatian saya adalah anak-anak hebat dengan Autism Spectrum Disorder
dan Down Syndrom. Berdasarkan insight yang saya peroleh dari diskusi ringan
hingga diskusi super serius, saya mendapat kesan bahwa anak-anak tersebut
sejauh ini lebih efektif dalam perubahan perilakunya jika diberi treatment
tegas yang “memang harus dipaksa”. Tentu saja saya masih belajar untuk
meluweskan cara saya agar tetap tegas tapi juga hangat.
Namun,
setelah saya mengikuti pelatihan ini saya terinspirasi untuk merubah mindset
(setidaknya mindset saya terlebih dahulu) dengan meyakini bahwa anak-anak
special ini juga anak-anak yang merdeka. Anak-anak yang punya di dalam dirinya
keinginan dan kehendak sendiri. Saya mulai berimajinasi bahwa pasti ada cara
untuk bisa memupuk dan memunculkan benih-benih untuk mau berekspresi sesuai
hatinya, memilih mana yang disukainya, menyebutkan apa keinginannya dan mampu
mencari cara untuk memenuhi keinginannya sendiri. Bukan kah itu bentuk
sederhana “kemerdekaan” dan semestinya dimiliki oleh anak-anak, semua anak. Maka
nantinya saya berencana akan
But,
How Is The Way?
2nd
concept: “menentukan prioritas, cara dan ritme
belajar, termasuk beradaptasi dengan cara baru yang lebih efektif”
Tantangan
selanjutnya bagi orang yang telah menemukan tujuan atau cita-cita barunya
adalah bagaimana caranya? Pada pelatihan merdeka belajar yang ditekankan adalah
adanya kemandirian dalam cara bagi siswa dalam mengekspresikan hasil belajar
mereka. Misalnya, pada tema “apa yang kamu ketahui Indonesia?”,
anak-anak bebas mengekspresikannya, bisa lewat puisi, gambar, lagu, paragraph narasi,
dan lain-lain. Namun, pengalaman saya sangat lah butuh usaha yang ekstra untuk
mengarahkan anak-anak special ini agar
mau mengerjakan tugas, walau tugas sudah dimodifikasi dengan kemampuannya.
Walau pun begitu bukan lah itu menjadi hambatan yang patut untuk menghentikan
semangat merdeka belajar. Rencananya saya akan menyusun tugas yang memang
sesuai dengan apa yang anak itu sudah pernah, sering dan senang melakukannya.
Sehingga tugas-tugas lebih engage dengan dirinya.
Consistent
Reflection
3rd
concept: “melakukan evaluasi diri untuk menentukan
mana tujuan dan cara belajar yang sudah efektif dan mana yang perlu diperbaiki”
Dalam
sebuah aksi yang telah dilakukan maka perlu dilakukan refleksi. Hal itu perlu
dilakukan untuk mengecek dan memastikan kembali apakah kegiatan yang saya
lakukan sesuai dengan niat, apakah niat saya dan tujuan belajarnya sudah
selaras, apakah cara yang saya pakai sudah lurus pada track mencapai tujuan,
apakah tujuan tercapai, apakah cara mengukur ketercapaian sudah tepat, apakah
ketercapaian tujuan sudah ada peningkatan dari sebelumnya?
Yah
banyak sekali memang, tetapi saya tidak mau muluk-muluk, akan saya terapkan
sedikit demi sedikit dengan mengutamakan konsistensi alias istiqomah, terdata,
tercatat, dan terkomunikasikan dengan partner kerja lain yang juga berperan
sangat penting bagi kemajuan dan perkembangan peserta didik, yaitu anak-anak
special ini.
Demikian
tulisan ini dibuat,
Setelah
sekian lama tidak menulis,
Semoga
saya bisa melaksanakan apa yang saya rencanakan,
email: nurululfahpujilestari@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar