Selasa, 12 Maret 2019

Tips: Sampah dan Amnesia Terima Kasih



Sampah dan Amnesia Terima Kasih



Sampah adalah tema yang tak lekang oleh masa. Sejak era sampah dapur alias kjokenmodinger pada zaman pra sejarah hingga viralnya paus pemakan sampah yang meninggal dengan tragis. Meninggalnya paus itu, memicu berbagai gerakan untuk mengurangi sampah, yang seperti biasa, biasanya ya gerakan itu populer beberapa saat itu saja. Sesaat kemudian manusia akan kembali pada kebiasaan asyiknya, membuang sampah sembarangan, konsumtif, dan lain lain.

Sampah dalam Pikiran
Namun, masalah sampah apakah hanya masalah asyik masyuk buang sampah sembarangan? Tidak juga. Apakah cukup hanya dengan membuang sampah pada tempatnya saja kita layak menjadi ‘pahlawan lingkungan’? Apakah cukup hanya dengan memproduksi atau menggunakan tas belanja ramah lingkungan saja kita menjadi ‘sosialita go green’? Banyak sekali kan hal-hal yang sungguh remeh yang kita lakukan hanya sekali dua kali yang membuat kita sudah berbangga diri dan yakin kita telah menjadi salah satu penyelamat lingkungan dari sampah. Nah, tunggu sebentar, ‘penyelamat dari sampah’? Apakah sampah adalah penjahat?
Bisa saja kau buka berbagai situs untuk menemukan definisi sampah. Kebanyakan laman akan menjelaskan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak terpakai, sesuatu yang dibuang, sesuatu yang habis nilai gunanya, dan lain lain. Memang lah sudah menjadi iman kita bahwa ‘sampah harus dibuang’ dan sudah menjadi taqwa kita untuk ‘membuang sampah pada tempatnya’. Sungguh mengenaskan menjadi sampah karena dia selalu dianggap pantas dibuang. Bahkan sampah diasosiasikan dengan segala sesuatu yang buruk, misal sampah masyarakat. Kita pun sering menggunakan kata ‘sampah’ untuk mengungkapkan amarah. 

Kisah dan Sampah
Hmm... mari kita ingat kronologi terjadinya sampah. Siang hari yang panas membuat kita haus luar biasa. Tangan kita merogoh saku dan menemukan beberapa lembar ribuan. Kita melangkah menuju warung dan membeli es teh dengan balok balok kecil es batu yang menyegarkan. Es teh pun disedot, belum sampai habis dahaga sudah hilang dan kita melempar sisa es teh dalam plastik ke tempatnya lalu kita berlari kembali ke aktivitas kita. Itu satu contoh, bagaimana dengan makanan yang tidak kita habiskan begitu saja karena kita gebetan kita buru-buru mengajak shoping?
Di sebuah acara yang sakral pun, seperti pernikahan, pengajian, kita akan menemukan makanan tercecer. Buah yang sudah tergigit dan menggelinding di bawah kursi. Intinya adalah kita ini begitu mudah membuang sesuatu. Seolah yang kita buang itu memang layak kita buang. Kita melupakan bahwa bisa saja yang kita buang itu sebelumnya adalah hal yang kita inginkan, hal yang kita minta dalam doa kita, hal yang butuh usaha dan rejeki untuk mendapatkannya. Kita lupa bahwa yang kita buang adalah bisa saja yang kita dapatkan dengan susah payah. Kita selalu hampir pasti lupa bahwa yang kita buang adalah pemberian Nya.
Menyebut hal hal baik, bermanfaat, yang kita ‘rasa’ sudah tidak berguna sebagai sampah adalah sebuah pencemaran nama baik. Membuat, hal hal yang tadinya memberi kita kepuasan fisik dan batin, seperti makanan, minuman, foto mantan dan lain lain yang pastinya bisa kalian pikir sendiri, sebagai sampah yang hina kotor dan bau adalah sebuah tindakan penghilangan barang bukti besarnya kasih sayang Tuhan. Bentuk kesengajaan untuk melupakan hal hal baik yang sudah menjadi budaya. Parahnya, sudah menjadi bagian dari alam bawah sadar kita.

Apresiasi kepada yang Kita Sebut Sampah
Saya punya cara sendiri untuk betul-betul memulai gerakan Indonesia Bebas Sampah yang terkenal itu. Cara pikir kita sendiri tentunya harus kita perbaiki dengan niat dan tindakan tindakan yang ikhlas, rutin, dan sadar sepenuhnya. Saya mengusulkan beberapa cara sederhana dan mudah untuk mengawali gerakan ini dari diri kita sendiri yang dilandasi konsep syukur.
Pertama, sebelum membeli sesuatu, bersyukurlah dahulu bahwa kita ternyata diberi cukup rejeki untuk itu. Hal itu otomatis akan membuat kita sadar bahwa di luar sana ada yang tidak seberuntung kita. Sehingga kita tidak patut bila berfoya-foya dengan banyak membeli makanan dan snack snack secara berlebihan. Semakin sedikit camilan camilan yang kita beri maka semakin sedikit kan sampah yang kita sumbangkan pada dunia. Juga sisihkan lah sedikit dari budget belanja kita untuk mengisi kotak amal yang biasanya selalu ada di dekat pintu keluar supermarket.
Kedua, saat kita mengkonsumsi sesuatu makanan atau minuman, habiskan lah sampai remah terakhir atau tetes terakhir. Bersyukur dan ingatlah di luar sana banyak yang kelaparan kan? Jika kita memang tidak habis, simpanlah dan makanlah lagi nanti sampai habis, baru dibuang. Dengan menghabiskan makanan dan minuman kita, maka kita akan mengurangi bau tidak sedap dan lendir lendir yang timbul dari sisa makanan atau minuman yang biasanya kita buang begitu saja. Dengan begitu kita otomatis tidak hanya menyumbang pada kebersihan tapi juga kesehatan lingkungan. Biarkan bungkus-bungkus makanan dan minuman istirahat dalam keadaan bersih. Mereka layak mendapatkannya setelah memberikan manfaat-manfaat baik pada kita.
Ketiga, setelah makanan, minuman, kosmetik, pakaian atau barang barang berguna lainnya sudah habis manfaatnya sehingga harus dibuang, maka tatalah dengan rapi sebelum dibuang. Lipat tipis-tipis dan rapi untuk menghemat ruang di tempat sampah. Sebelum meninggalkannya di tempat sampah tataplah barang-barang bekas itu dengan syukur dan taruhlah dengan baik, bukan dengan asal lempar. Benda-benda itu adalah simbol kasih sayang Tuhan pada kita.
Keempat, apresiasi lah sampah kita dengan tempat sampah yang layak. Buatlah tempat sampah yang indah, hiaslah sesukamu, dan tempatkan di tempat yang bersih pula. Hal itu akan membuat kita senang mengunjungi tempat sampah kita untuk membuang sampah. Paling penting, tulislah di kotak sampah Anda sebuah nama baru bukan lagi “tempat sampah” tetapi dengan kata yang indah. Misalnya Anda bisa tuliskan di atas kotak sampah Anda “Kotak Kenangan Indah”, atau “Terima Kasih Tuhan, atau, “My nice memory stay here”, atau kata kata syukur lainnya.
Mari lah kita menjadi manusia yang jujur akan nikmat Tuhan. Jangan pernah lupa pada hal-hal baik yang pernah Tuhan berikan pada kita. Jangan biarkan rejeki yang Dia berikan pada kita berubah menjadi sebuah hal buruk yang mendatangkan bencana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Refleksi Pelatihan Guru Merdeka Belajar

Refleksi Pelatihan Guru Merdeka Belajar                                                                         picture: wmnf.org ...